• Dragon Ball

    Dragon Ball bercerita tentang seorang bocah bernama Goku yang hidup di tengah gunung sendirian. Dia lalu bertemu dengan Bulma, seorang gadis muda jenius, yang berusaha mengumpulkan 7 bola ajaib yang katanya bisa mengabulkan semua keinginan. Bola-bola tersebut dinamakan Dragon Ball.

  • My Poto

    Disini, aku upload semua poto-poto dari bermacam kegiatan, mulai dari my journal life sampe aktivitas formalku. bagi loe-loe smua yang sempat mampir di my blog, pliiiss... . ?

  • PP. Syaikhona Kholil II

    PP. Syaikhona Kholil II adalah salah satu pesantren terbesar di madura, pesantren ini didirikan oleh KH. Moh. Kholil AG, beliu cucu dari guru besar SYAIKHONA KHOLIL atau lebih dikenal dengan panggilan MBAH HOLIL “PP Syaikhona Kholil II” ditempat ini berbagai ilmu diajarkan, baik ilmu agama, umum, hingga ilmu tata krama.

  • mig33 channel

    mig33 dirilis pada bulan Desember 2005 sebagai komunitas Internet mobile pertama dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat

Sejarah terbentuknya Santros (Santri Of Syaikhona Kholil II)

Santros


           Ini sebuah istilah sedikit nyeleneh yang dideklarasikan oleh sekumpulan Santri Syaikhona Kholil 2.
secara etimologi, istilah Santros berasal dari bahasa madura yang artinya 

Santri Rosak (red. santri nakal). namun lepas dari sentilan nyeleh tersebut arti dari Santros adalah "Santri of Syaikhona Kholil II" yang diproklamirkan oleh santri senior yaitu Ustd Tohir atau lebih akrap disapa bang Tohir sekitar tahun 2009-an.


           Bermula ketika semua santri sedang libur kegiatan pondok, libur sekolah, libur semua aktivitas
pesantren. mereka berkumpul sambil berharap datang kiriman / kunjungan dari orang tua masing-masing dengan membawa makanan, jajanan, dan tentunya uang buat bekal selama di pesantren. namun harapan mereka untuk segera dikunjungi belum tiba saatnya, sehingga mereka berkumpul dan berbaur jadi satu antara santri dan ustadz. sudah tidak ada batasan jabatan ataupun profesi disini semua sama. ditunggu masih lama kiriman dari orang tua masing-masing, lantas mereka tidak hanya menunggu terpaku dalam kejenuhan, melainkan bercanda, tertawa, hingga hampir melampui batas seorang santri. maka keluarlah kata santros dari mulutnya bang tohir sebagai kata olokan untuk melarang santri-santri agar tidak terlalu nakal. maka sejak itu istilah santros mulai familiar dan identik dengan santri syaikhona kholil 2. 



            Awalnya santri mengangap santros itu adalah santri yang nakal karena memang pas dengan kototasi bahasa madura. namun lepas dari itu, istilah santros adalah gagasan untuk menjadi media atau penyatu antara santri dan alumni santri syaikhona kholil 2. karena selama ini tidak ada suatu himpunan atau perkumpulan sebagai media pemersatu antara santri dan alumni untuk tetap berkomunikasi dengan pesantren.


           Seiring dengan bertambahnya santri di ponpes syaikhona kholil 2, terhubungnya komunikasi
dengan alumni-alumni yang terdahulu. maka berlahan mulai terjaring komunikasi antara santri, alumni, dan pesantren yang dipelopori oleh santros.


           Sekarang santros sudah mempunyai ruang untuk berbagi, ada yang di pesantren, santros juga
memamfaatkan media internet untuk lebih efektif dalam memberi informasi tentang pesantren yaitu melalui jejaring sosial facebook.com yang bernaung di "keluarga besar santros", "forum diskusi santri syakhona kholil". suatu saat akan diresmikan santros kedalam badan atau lembaga yang akan menjadi mediator dan penyalur informasi untuk santri, alumni dan masyarakat umum. sekian sekilas terbentuknya santros.


ari cenna santros

UNDANGAN HAUL KH. MOH. KHOLIL AG


Keluarga Besar Al-Maghfurlah
KH. MOH. KHOLIL AG
PP. Syaikhona Kholil 2 Demangan Selatan Bangkalan

Kepada Yth.
Kyai/Bapak/Saudara



UDANGAN
Malam Sabtu,1 Jumadil Akhiroh 1434


Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan memohon Rahmat dan Ridho Alloh Swt. Serta Syafaat Nabi besar Muhammad Saw. 
Kami Keluarga Besar Pondok Pesantren Syakhona Kholil 2 Demangan Selatan Bangkalan mengharap
kehadiran Kyai/Bapak/Saudara dalam Rangka Haul
Al-Maghfurlah KH. MOH. KHOLIL AG

Nanti pada :
Hari : Jumat Malam Sabtu
Tanggal : 1 Jumadil Akhiroh 1434 H. 12 April 2013 M
Jam : 18.30 (ba'dal magrib)
Tempat : PP. Syaikhona Kholil 2, Demangan Selatan Bangkalan
Acara : Pembacaan Tahlil dan Syarafal Anam Bersama

Demikian undangan kami atas perhatian dan kehadiran kya/bapak/saudara kami haturkan banyak terima kasih teriring doa jazaakumullah ahsanal jazaa'
Wassalamualaikum Wr.Wb

Keluarga Besar Al-Maghfurlah
KH. MOH. KHOLIL AG
PP. Syaikhona Kholil 2 Demangan Selatan Bangkalan

Pedoman Karang Taruna


PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 83/HUK/2005
TENTANG
PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. Bahwa Karang Taruna merupakan Oganisasi Sosial wadah pengembangan Generasi Muda 
    yang mampu menampilkan karakternya melalui cipta, rasa, karsa dan karya 
    di bidang kesejahteraan sosial;
b. Bahwa Karang Taruna sebagai modal sosial strategis untuk mewujudkan keserasian, keharmonisan, 
    keselarasan, dalam kerangka memperkuat kesetiakawanan sosial, kebersamaan, kejuangan dan 
    pengabdian terutama di bidang Kesejahteraan Sosial;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan 
    Peraturan Menteri Sosial RI tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.
Mengingat :
1.  UndangUndang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuanketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 53,  Tambahan Lembaran Negara Nomor 3039);
2.  Undangundang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara 
     Tahun 1985 Nomor 44. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3298);
3.  Undangundang, Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
     Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
4.  Keputusan Presiden RI Nomor 8/M Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden 
     RI Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
5.  Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, 
     Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
6.  Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan 
     Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I 
     Kementerian Negara Republik Indonesia;
7.  Keputusan Menteri Sosiai RI Nomor 25/HUK/2003 tentang Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial;
8.  Keputusan Menteri Sosiai RI Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan 
     Tata Kerja Departemen Sosial;

Memperhatikan : Hasil Temu Karya Nasional V Karang Taruna Tahun 2005 tanggal 10 sampai 
dengan 12 April 2005 di Provinsi Banten.
Memutuskan:
Menetapkan : 
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN 
DASAR KARANG TARUNA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan 
    berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat 
    terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.
2. Anggota Karang Taruna adalah setiap generasi muda dari usia 11 tahun sampai dengan 45 
    tahun yang berada di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak 
    di bidang usaha kesejahteraan sosial.
3. Komunitas Adat Sederajat adalah warga masyarakat yang tinggal dan hidup bersama di daerah 
    yang dibatasi oleh wilayah adat dan kedudukannya sederajat dengan desa/kelurahan.
4. Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) adalah wadah penghimpun mantan pengurus
    Karang Taruna dan tokoh Masyarakat lain yang berjasa dan bermanfaat bagi kemajuan 
    Karang Taruna, yang tidak memiliki hubungan struktural dengan Kepengurusan Karang Tarunanya.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Setiap Karang Taruna berasaskan Pancasila.
(2) Tujuan Karang Taruna adalah :
a. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggung jawab sosial setiap generasi muda 
    warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi 
    berbagai masalah sosial.
b. Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang trampil dan 
    berkepribadian serta berpengetahuan.
c. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan 
    warga Karang Taruna.
d. Termotivasinya setiap generasi muda Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi 
    perekat persatuan dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam rangka mewujudkan
    taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
f.  Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa/kelurahan 
    atau komunitas adat sederajat yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia 
    pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya.
g. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas
    adat sederajat yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan 
    oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.

BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 3
(1) Setiap Karang Taruna berkedudukan di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat di dalam 
      wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Setiap Karang Taruna mempunyai tugas pokok secara bersamasama dengan Pemerinitah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah 
      kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif 
      maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.
(3) Setiap Karang Taruna melaksanakan fungsi :
a. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.
b. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat.
c. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda dilingkungannya secara 
    komprehensif, terpacu dan terarah serta berkesinambungan.
d. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.
e. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung 
    jawab sosial generasi muda.
f.  Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan
    sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik lndonesia.
g. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial 
   yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan
   mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial 
   di lingkungannya secara swadaya.
h. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi penyandang masalah 
    kesejahteraan sosial.
i.  Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan 
    dengan berbagai sektor lainnya.
j.  Penyelenggara Usahausaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 4
(1) Keanggotaan Karang Taruna menganut sistem stelsel pasif yang berarti seluruh generasi muda dalam
      lingkungan desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang berusia 11 tahun sampai 
     dengan 45 tahun, selanjutnya disebut sebagai warga Karang Taruna.
(2) Setiap generasi muda dalam kedudukannya sebagai warga Karang Taruna mempunyai hak dan 
      kewajiban yang sama tanpa membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, 
      kedudukan sosial, pendidikan politik dan agama.

BAB V
KEORGANISASIAN
Pasal 5
(1) Keorganisasian Karang Taruna diatur berdasarkan aspirasi warga Karang Taruna yang bersangkutan 
      Didesa/kelurahan atau komunitas adat sederajat setempat.
(2) Untuk memantapkan komunikasi, kerjasama, pertukaran informasi dan kolaborasi antar Karang 
      Taruna, dapat dibentuk wadah dilingkup Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional
      sebagai sarana organisasi Karang Taruna yang pemantapannya melalui para pengurus disetiap 
      lingkup masingmasing.

BAB VI
KFPENGURUSAN
Pasal 6
(1) Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh warga Karang Taruna yang
      bersangkutan dan memenuhi syarat-syarat untuk diangkat sebagai pengurus Karang Taruna yaitu:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Dapat membaca dan menulis.
d. Memiliki pengalaman serta aktif dalam kegiatan Karang Taruna.
e. Memiliki pengetahuan dan keterampilan berorganisasi, kemauan dan kemampuan, pengabdian 
    di bidang kesejahteraan sosial.
f.  Sebagai warga penduduk setempat dan bertempat tinggal tetap.
g. Berumur 17 tahun sampai dengan 45 tahun.
(2) Susunan pengurus Karang Taruna dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
(3) Kepengurusan Karang Taruna sesuai dengan keorganisasiannya diatur sebagai berikut:
a. Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan atau Komunitas adat Sederajat yang terpilih dan 
   disahkan dalam Temu Karya diwilayahnya adalah sebagai pelaksana organisasi dalam wilayah 
    yang bersangkutan dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/Lurah atau Kepala/Ketua Komunitas Adat Sederajat setempat.
b. Pengurus di lingkup Kecamatan yang disahkan dalam Temu Karya Kecamatan adalah sebagai 
    pengembangan jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kolaborasi antar Karang Taruna 
    dalam lingkup/wilayah Kecamatan dan dikukuhkan oleh Camat setempat.
c. Pengurus dilingkup Kabupaten/Kota yang disahkan dalam Temu Karya Kabupaten/Kota 
    adalah sebagai pengembangan jaringan komunikasi, kerjasama informasi dan kolaborasi antar
    Karang Taruna dalam lingkup/wilayah Kabupaten/Kota dan dikukuhkan oleh Bupati/Walikota setempat.
d. Pengurus dilingkup Provinsi yang disahkan dalam Temu Karya Provinsi adalah sebagai 
    pengembangan jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kolaborasi antar Karang Taruna 
   dalam lingkup/wilayah Provinsi dan dikukuhkan oleh Gubernur setempat.
e. Pengurus di lingkup Nasional yang disahkan dalam Temu Karya Nasional adalah sebagai 
    pengembangan jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kolaborasi antar Karang Taruna 
   dalam lingkup/wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan dikukuhkan 
   oleh Menteri Sosial.
(4) Susunan pengurus disetiap lingkup Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional disesuaikan 
      dengan kebutuhan di Masing-masing lingkup.

BAB VII
MEKANISME KERJA
Pasal 7
(1) Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan atau Komunitas Adat Sederajat melaksanakan fungsifungsi operasional di bidang Kesejahteraan sosial sebagai tugas pokok Karang Taruna dan fungsi 
     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) serta program kerja lainnya yang dilaksanakan 
      bersama Pemerintah dan komponen terkait sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.
(2) Pengurus disetiap lingkup yang ditetapkan sebagai pranata jaringan komunikasi, informasi, kerjasama 
     dan kolaborasi antar Karang Taruna mulai dari pengurus di lingkup Kecamatan sampai dengan 
     Nasional melaksanakan fungsi sebagai berikut:
a. Pengelolaan sistem informasi dan komunikasi.
b. Pemberdaya, mengembangkan dan memperkuat sistem jaringan kerjasama (networking) 
     antar Karang Taruna serta dengan pihak lain yang terkait.
c. Penyelenggara mekanisme pengambilan keputusan organisasi, pendampingan, dan advokasi.
d. Konsolidasi dan sosialisasi dalam rangka memelihara solidaritas, konsistensi dan citra organisasi.
(3) Mekanisme hubungan komunikasi, Informasi, kerjasama dan kolaborasi antar Karang Taruna dengan 
      wadah pengurus di lingkup Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional adalah bersifat
      koordinatif, konsultatif dan kolaboratif secara fungsional serta bukan operasional.
(4) Untuk mendayagunakan pranata jaringan komunikasi, informasi, kerjasama dan kolaborasi antar 
      Karang Taruna yang lebih berdayaguna dan berhasilguna, maka diadakan Forum pertemuan 
      Karang Taruna yang diatur sebagai berikut :
a. Bentukbentuk Forum terdiri dari:
1) Temu Karya;
2) Rapat Kerja;
3) Rapat Pimpinan;
4) Rapat Pengurus Pleno;
5) Rapat Konsultasi;
6) Rapat Pengurus Harian.
b. Mekanisme Forum pertemuan tersebut diatur lebih lanjut dalam Pedoman 
    Pelaksanaan Karang taruna.
c. Forumforum pertemuan tersebut diatur lebih lanjut dalam Pedoman pelaksanaan Karang Taruna.
d. Pengambilan keputusan dalam setiap Forum pertemuan Karang Taruna wajib dilakukan 
    secara musyawarah dan mufakat, dan apabila hal itu tidak tercapai maka keputusan diambil 
    berdasarkan suara terbanyak.
e. Forum Pertemuan Karang Taruna yang diadakan secara Nasional dan khusus dalam rangka 
    usulan untuk bahan perubahan Pedoman Dasar/Pedoman pelaksanaan Karang Taruna, 
    diatur sebagai berikut:
1) Minimal 2/3 (dua pertiga) dari Jumlah peserta /pengurus dari lingkup Provinsi diseluruh wilayah indonesia harus hadir ditambah unsur 
     dari Departemen Sosial selaku Pembina Fungsional;
2) Usulan perubahan Pedoman Dasar / Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna dapat 
   dinyatakan sah apabila didasarkan pada persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah 
    Provinsi peserta yang hadir dan mendapat persetujuan dari Pembina Fungsional Pusat 
    (Departemen Sosial);
3) Rekomendasi usulan guna perubahan tersebut, diusulkan sebagai bahan untuk disahkan 
     atau ditetapkan oleh Menteri Sosial Rl;
4) Kedudukan, pemilihan dan masa bakti pengurus sebagai berikut:
a. Pengurus Karang Taruna berkedudukan di Desa/Kelurahan atau Komunitas Adat 
    Sederajat setempat. Pengurus di lingkup Kecamatan, Kabupaton/Kota dan Provinsi
    berkedudukan di lbukota masingmasing dan pengurus di lingkup Nasional 
    berkedudukan di lbukota Negara.
b. Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah dan mufakat dalam Temu Karya
    serta wajiib memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
c. Masa bakti Pengurus Karang Taruna di Desa/Kelurahan atau Komunitas Adat 
    Sederajit paling lama 3 (tiga) tahun dan Pengurus lingkup Kecamatan sampai 
    dengan Nasional, masingmasing selama 5 (lima) tahun serta dapat dipilih kembali untuk 
    kedua kalinya, serta memenuhi persyaratan yang berlaku.

BAB VIII
PENGUKUHAN DAN PELANTIKAN PENGURUS
Pasal 8
1)  Pengukuhan Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan atau Komunitas Adat Sederajat dan Pengurus
     di lingkup Kecamatan sampai dengan Nasional dilakukan dengan Surat Keputusan Pejabat yang 
     berwenang sesuai dengan tingkatan lingkupnya.
2)  Surat Keputusan Pejabat yang berwenang tersebut pada ayat (1) diatas adalah:
a. Surat Keputusan Kepala desa/Lurah atau Komunitas adat sederajat untuk Pengukuhan 
    Pengurus Karang Taruna setempat.
b. Surat Keputusan Camat untuk pengukuhan Pengurus, dilingkup Kecamatan setempat.
c. Surat Keputusan Bupati/Walikota untuk pengukuhan Pengurus dilingkup 
    Kabupaten/Kota  setempat.
d. Surat Keputusan Gubernur untuk pengukuhan Pengurus dilingkup Provinsi setempat.
e. Surat Keputusan Menteri Sosial untuk Pengukuhan Pengurus dilingkup Nasional.
3)  Pelantikan Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan atau Komunitas adat Sederajat dan 
              Pengurus dilingkup Kecamatan sampai dengan Nasional dilakukan oleh Pejabat yang berwenang
              sesuai dengan tingkatan lingkupnya masingmasing.

BAB IX
PEMBINA
Pasal 9
(1) Karang Taruna sebagai Organisasi Sosial Generasi Muda diseluruh wilayah Negara Kesatuan 
      Republik Indonesia, memiliki Pembina Utama, Pembina Fungsional dan Pembina Teknis.
(2) Pembina Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Presiden Republik Indonesia.
(3) Pembina Umum, Pembina Fungsional dan Pembina Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 
     di Pusat dan di daerah adalah :
a. Pembina di Pusat terdiri:
1) Menteri Dalam Negeri selaku Pembina Umum.
2) Menteri Sosial selaku pembina Fungsional.
3) Pimipinan Departemen/Kementerian Negara/Lembaga atau Badan Negara yang terkait sebagai Pembina Teknis Karang Taruna.
b. Pembina di Daerah terdiri dari:
1) Pembina Umum:
a. Gubernur Provinsi.
b. Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota.
c. Camat untuk Kecamatan.
d. Kepala Desa/Lurah atau Komunitas Adat Sederajat untuk Desa/Kelurahan atau 
    Komuntas adat sederajat.
2) Pembina Fungsional:
a. Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi.
b. Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.
c. Kepala Seksi/Unit yang tugasnya berkaitan langsung dengan bidang kesejahteraan 
    sosial di Kecamatan dan atau di Desa/Kelurahan atau Komunitas Adat Sederajat.
3) Pembina Teknis:
a. Pimpinan Instansi/Lembaga/Badan Daerah Provinsi yang terkait.
b. Pimpinan Instansi/Jawatan/Lembaga atau Badan Daerah Kabupaten/Kota yang terkait.
c. Pimpinan Unit Kecamatan, Desa/Kelurahan atau Komunitas Adat Sederajat yang terkait 
    dengan Penyediaan dukungan bagi peningkatan Fungsi Karang Taruna di wilayah setempat

BAB X
KEUANGAN
Pasal 10
Keuangan Karang Taruna dapat diperoleh dari:
1. Iuran warga Karang Taruna.
2. Usaha Sendiri yang diperoleh secara syah.
3. Bantuan Masyarakat yang tidak mengikat.
4. Bantuan/Subsidi dari Pemerintah.
5. Usahausaha lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan   yang berlaku.
BAB XI
MAJELIS PERTIMBANGAN DAN UNIT TEKNIS KARANG TARUNA
Pasal 11
(1) Setiap Karang Taruna dapat membentuk Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) pada forum 
      tertinggi (Temu Karya) di masingmasing wilayahnya yang kemudian dikukuhkan oleh forum tersebut.
(2) Majelis Pertimbangan Karang Taruna dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota, seorang 
     Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, dan para 
     anggota yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan jumlah mantan aktivis Karang Taruna 
     di wilayahnya masingmasing ditambah beberapa tokoh yang dianggap layak apabila memungkinkan.
Pasal 12
(1) Karang Taruna dapat membentuk Unit Teknis sesuai dengan kebutuhan pengembangan organisasi 
     dan programprogramnya.
(2) Unit Teknis dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan Karang Taruna 
      dan pembentukannya harus melalui mekanisme pengambilan keputusan dalam forum yang 
      representatif dan sesuai kapasitasnya untuk itu.
(3) Unit Teknis disahkan dan dilantik oleh Karang Taruna yang membentuknya dan harus berkoordinasi 
      serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada Karang Taruna yang membentuknya.

BAB XII
IDENTITAS
Pasal 13
(1) Karang Taruna dapat memiliki identitas lambang bendera, panji, yang telah ditetapkan dalam 
      Keputusan Menteri Sosial Rl Nomor 65/HUK/KEP/XI/1982, dan lagu mars serta hymne.
(2) Identitas yang telah ditetapkan dan/atau digunakan tersebut menjadi identitas resmi Karang Taruna 
      dan hanya dapat dirubah dengan Keputusan Menteri Sosial.
(3) Mekanisme penggunaan identitas Karang Taruna diatur lebih lanjut dalam Pedoman 
      Pelaksanaan Karang Taruna.

BAB XIII
PENUTUP
Pasal 14
(1) Halhal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur 
     Jenderal Pemberdayaan Sosial.
(2) Dengan ditetapkan Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 11/HUK/1988 
     tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari
      terdapat kekeliruan akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Juli 2005
MENTERI SOSIAL RI,
TTD
H. BACHTIAR CHAMSYAH, SE

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth:
1. Bapak Presiden Republik Indonesia;
2. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
3. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat;
4. Sekretaris Jenderal, para Direktur Jenderal dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan 
    Sosial di lingkungan Departemen Sosial;
5. Gubernur Provinsi di seluruh lndonesia;
6. Kepala Dinas/instansi Sosial Provinsi di seluruh Indonesia;
7. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
8. Para Kepala Biro, Direktur, Inspektur, Sekretaris Itjen/Ditjen/Badan dan Kepala Pusat di lingkungan Departemen Sosial;
9. Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota di seluruh lndonesia;
10. Kepala Bagian Bantuan Hukum dan Dokumentasi  Biro Kepegawaian dan 
      Hukum Departemen Sosial.