dan baunya harum semerbak seperti wanginya bunga-bunga
Bimbang
Setiap detik terasa lama bagi pecinta
Setiap langkah terasa lambat bagi perindu
Demi menemukan belahan jiwanya
Tubuh ini gemaetar bila ingat
Mata ini memerah panas karena bayangan
Meski bukan milikku
Tapi aku merasa segalanya bagiku
Ku pelajari cinta ini dengan hati gembira
Ku awali rindu ini dengan harapan pilu
Ku akhiri kisah ini tanpa hati dan nurani
Kala perasaan ini membara
Tak lain hati hanya ingin
Melihat dan menyentuh demi getaran jiwa
Ku telusukkan belahan hatiku
Demi merasakan indahnya cinta
Tapi itu hanya ilusi lamunanku
Karena cinta kita di balik jeruji besi
badut badut penghalang cinta
Aku menyerah pada cinta
dia mengombang-ambingkan serpihan tubuhku dalam kebahagiannya
Dia tawarkan kematian padaku
sesuatu yang tidak mungkin dan tidak ingin melumuri tubuh retak ini
tapi jiwa ini meronta tuk melawan maut menjelang
Di ujung parang yang tajam
ku goreskan sayatan-sayatan cinta patah dengan sebilah pisau sembilu
meski ku yakin tak dapat meredupkan kilauannya
ku hempaskan kepingan-kepingan mawar dan semerbak wanginya
guna melelehkan besi tua itu. Tapi, besi itu makin menampakkan cahayanya
Aku benci pada tubuh ini,
yang tak sanggup menahan amarah cinta bergejolak
yang membuat jiwa di ujung kematian
Aku benci pada sunggingan bibir cantik
yang melenting mengalunkan gunjingan dari kejahuan
Ingin ku cabik-cabik tubuh ini agar mereka menutup lisannya karena bahagia
Aku benci pada sudut-sudut mata yang melirik tajam dengan
pandangan membelalak
ingin ku hancurkan dan ku hanguskan jasad ini
agar mata indah itu berkedip karena bahagia
Ku lemparkan senyuman ke setiap ruang kosong
meski aku malu dengan senyuman yang memilukan dan tanpa arti ini
ku taburkan benih-benih kebahagian agar tumbuh di mahligai kalbunya
Dan nantinya aku bisa memetik rantingnya meski dahan yang usang
Aku malu jadi pecinta
kerana tidak mampu melawan perut besarnya para orang tua
yang senantiasa gagah tanpa mau tau perasaan insan jelata
0 komentar:
Posting Komentar